Social Icons

Implementasi OHSAS 18001 pada Industri Manufaktur

Masih ingat peristiwa Flixboroug, Inggris pada tahun 1974. Ledakan pabrik penghasil bahan nilon tersebut menyebabkan kematian 28 orang dan menghancurkan 1821 rumah serta 167 pabrik di sekitarnya. Atau, masih ingat peristiwa Bhopal, India, 1984, saat pabrik Pestisida mengalami kebocoran MIC (Methyl Isocyanite) yang menyebabkan 2000 korban meninggal dan lebih dari 20.000 orang cedera.
Kedua peristiwa di atas merupakan dua buah contoh ketika risiko terjadinya kecelakaan & keselamatan kerja tidak tertangani dengan baik. Bagi perusahaan manufaktur, kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, perusahaan manufaktur harus mengganti kerusakan yang ada dan juga memberikan biaya pengobatan serta perawatan. Sementara secara tidak langsung, perusahaan manufaktur akan mengalami ketidakproduktifan. Mengapa? Karyawan yang mengalami kecelakaan kerja tentunya tidak dapat berkontribusi pada perusahaan. Lebih jauh lagi, terkadang kecelakaan kerja mengakibatkan lini produksi terhenti karena kerusakan alat, mesin, atau bahkan pabrik itu sendiri. Belum lagi, perusahaan juga harus melakukan pelatihan-pelatihan bagi pengganti orang yang mengalami kecelakaan kerja.


Bagi industri manufaktur yang menerapkan spesialisasi, hal ini makin terasa lagi. Karena satu proses terhenti, akan mengakibatkan proses lain tidak bisa berjalan. Hal ini berarti makin banyak ketidak produktifan.
Lalu bagaimana untuk mengendalikan risiko kecelakaan & keselamatan kerja? Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan & Kerselamatan Kerja (K3) adalah solusi yang tidak bisa ditawar lagi bagi perusahaan manufaktur. Acuan yang telah terbukti efektif di dunia untuk Sistem Manajemen K3 adalah OHSAS 18001. Standar ini dikeluarkan pertama kali pada tahun 1999 dan kemudian diperbarui pada tahun 2007. Telah banyak perusahaan manufaktur kelas dunia yang menerapkannya. Pertanyaannya sekarang, bagaimanakah penerapan OHSAS 18001 tersebut pada industri manufaktur.
BSP merupakan institusi yang menspesialisasi pada teknologi & manajemen sistem, dalam hal ini konsultan OHSAS 18001, menyadari bahwa OHSAS 18001 fokus pada permasalahan ”risiko”. Oleh karena itu, proses implementasi OHSAS 18001 pada industri manufaktur harus menggunakan pendekatan yang menitik beratan pada proses-proses industri manufaktur yang memiliki risiko terjadinya keselamatan kerja. Berdasarkan pengalaman konsultan BSP, berikut ini adalah sekilas langkah penerapan OHSAS 18001 pada industri manufaktur.
Langkah awal implementasi OHSAS 18001 dimulai dengan intrepretasi klausal pada proses kerja perusahaan. Pertanyaan yang harus dijawab oleh konsultan serta perusahaan adalah proses-proses apa saja yang memiliki risiko? Apa saja risiko yang mungkin terjadi? Bagaimana mengukur & mengklasifiksikannya? Bagaimana mengendalikannya? Fasilitas apa saja yang dibutuhkan? Keahlian apa saja yang harus dimiliki oleh SDMnya? Bagaimana bila terjadi bencana secara tiba-tiba? Apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab secara tepat, kita akan mampu menyusun sistem yang sesuai dengan karakteristik proses & risiko yang ada pada perusahaan.
Setelah intrepretasi standar, langkah selanjutnya adalah penyusunan sistem & dokumen OHSAS 18001. Beberapa prosedur khas OHSAS yang harus dibuat antara lain prosedur tanggap darurat, prosedur identifikasi bahaya & evaluasi, ataupun prosedur pengendalian operasional. Sementara untuk prosedur sistem pada dasarnya, hampir sama dengan ISO 9001.
Setelah penyusunan sistem & dokumen, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan sistem tersebut. Akan tetapi, yang harus diperhatikan dalam implementasi OHSAS 18001 di industri manufaktur, ada beberapa perlengkapan K3 yang juga harus disiapkan seperti APD di proses produksi, penerimaan raw material, maupun gudang, tabung pemadam kebakaran di beberapa tempat yang critical, serta alat-alat komunikasi yang mengindikasikan risiko. Agar proses implementasi berjalan dengan efektif, Konsultan OHSAS kami menyarankan perusahaan memiliki Tim K3 yang berfungsi memantau pelaksanaan & kondisi K3 di perusahaan tersebut. Selain itu, dalam proses implementasi, perusahaan juga perlu mengkomunikasikan aturan-aturan K3 tidak hanya kepada karyawannya, tetapi juga kepada para supliernya.
Implementasi OHSAS tanpa dukungan komitmen penuh dari top manajemen tidak akan berhasil. Dengan mengimplementasi sesuai saran konsultan OHSAS kami, serta dukungan penuh dari top manajemen perusahaan, maka langkah terakhir sebelum sertifikasi adalah menilai kesiapan serta efektivitas implementasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan pendekatan audit internal. Hasil audit dibahas dalam rapat tinjauan manajemen guna dapat diambil langkah-langkah perbaikkan. Apabila seluruh proses telah dijalankan, maka perusahaan dapat melanjutkan ke tahap sertifikasi oleh badan sertifikasi independen untuk memperoleh sertifikat pengakuan implementasi OHSAS 18001.
Dengan telah diperolehnya sertifikasi OHSAS 18001, maka industri manufaktur tersebut baru memasuki tahap awal (tahap taat azas/ compliance) pemenuhan manajemen K3. Hasil implementasi tersebut perlu dilakukan evaluasi guna dapat senantiasa meningkatkan perbaikan terhadap sistem manajemen K3 yang telah diterapkan perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates